Filipina Berubah 180 Derajat, Soal Sengketa Laut China Selatan

Ilustrasi




Filipina bersedia untuk berbagi sumber daya alam dengan Beijing di wilayah Laut Cina Selatan yang diperebutkan, meskipun jika dalam tuntutan hukum arbitrase Internasional pekan depan, ujar Menteri Luar Negeri Perfecto Yasay kepada AFP, 08/7/2016.

Yasay mengatakan pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte berharap untuk segera memulai pembicaraan langsung dengan China usai vonis sengketa Laut China Selatan, Selasa depan, dengan melakukan negosiasi untuk bersama-sama mengeksploitasi cadangan gas alam dan lahan perikanan di dalam zona ekonomi eksklusif Filipina.

“Kami bahkan memiliki tujuan bagaimana kita bersama-sama bisa menjelajahi wilayah ini: bagaimana kita bisa memanfaatkan dan saling menguntungkan dari pemanfaatan sumber daya di zona ekonomi eksklusif ini, di mana terjadi klaim yang tumpang tindih,” kata Yasay AFP dalam sebuah wawancara.

Filipina, di bawah pemerintahan sebelumnya Benigno Aquino, mengajukan gugatan hukum tahun 2013, ke pengadilan internasional di Den Haag, yang didukung PBB, untuk bertarung dengan China yang mengklaim hampir semua laut strategis dan penting di wilayah Laut China Selatan.

Klaim China mencapai hampir ke pantai Filipina dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya, dan dalam beberapa tahun terakhir China membangun pulau buatan raksasa di daerah yang disengketakan untuk menegakkan apa yang dikatakan China, hak berdaulat tak terbantahkan.

Kasus gugatan hukum oleh Filipina membuat China marah dan berulang kali berjanji untuk mengabaikan putusan pengadilan dan saat ini melakukan latihan militer di bagian utara laut untuk unjuk kekuatan.

Tidak Ada Provokasi

China melalui juru bicara kementerian luar negeri Hong Lei menjelaskan kasus ini seharusnya tidak ditarik lebih luas ke pengadilan internasional dan media pemerintah China memperingatkan Beijing untuk tidak mundur sedikitpun dari sengketa tersebut.

Cina lebih marah lagi kepada Amerika Serikat yang membawa armada perangnya ke perairan sengketa dan surat kabar Navy Times, AS, melaporkan bahwa tiga kapal perusak Amerika telah dikirim ke daerah-daerah hotspot menjelang vonis Selasa.

Duterte, yang menjabat pada 30 Juni 2016, telah mengadopsi pendekatan yang lebih damai terhadap Cina daripada Aquino.

Presiden sebelumnya menolak untuk mengadakan pembicaraan langsung, dan menyamakan upaya ekspansionis China di laut seperti pawai Nazi Jerman di Eropa menjelang Perang Dunia II.

Yasay mengisyaratkan bahwa Presiden Duterte tidak membuat analogi seperti itu, dan menekankan pemerintahannya akan berusaha untuk memastikan hubungan yang terbaik dengan China.

“Kami akan memperkuat hubungan dengan semua orang, untuk memastikan tidak akan ada batu sandungan bagi negosiasi solusi damai untuk masalah ini,” kata Yasay.

Yasay mengatakan setelah putusan dirilis, Filipina akan mempelajari dengan cermat, mendiskusikannya dengan sekutu, dan kemudian berusaha untuk memulai pembicaraan dengan China “sesegera mungkin”.

Berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut, zona ekonomi eksklusif suatu negara jatuh dalam 200 mil laut dari pantainya. Suatu bangsa memiliki hak berdaulat untuk mengeksploitasi sumber daya alam di zona itu.

Kerjasama Minyak dan Tangkapan Ikan

Yasay mengatakan Filipina terbuka untuk berbagi Scarborough Shoal, wilayah kaya ikan dalam zona ekonomi eksklusif Filipina yang diambil alih China pada tahun 2012 dan telah melarang kapal Filipina masuk.

“Sumber daya yang ada, diberikan Tuhan untuk semua dan untuk dinikmati semua orang. Kita bisa bekerja untukkeuntungan bersama sejauh menggunakan sumber daya laut di daerah tersebut,” kata Yasay.

Yasay mengatakan Filipina juga akan mempertimbangkan mengeksplorasi ladang gas alam di Reed Bank, secara bersama-sama di dalam zona ekonomi eksklusif Filipina dan jauh dari daratan utama terdekat China.

“Saya pikir itu dalam rangka mengejar kepentingan nasional, kita melakukan itu dan akan menjadi langkah besar ke depan jika semua orang dapat menyetujui dan melanjutkannya,” kata Yasay ketika ditanya tentang pengembangan Reed Bank bersama-sama.

Yasay bersikeras Filipina tidak akan menyerahkan segala haknya di laut. Namun dia mengatakan sengketa kedaulatan tidak terpecahkan selama bertahun-tahun, dan menggambarkannya sebagai “masalah generasi”, dan harus diselesaikan secara kooperatif.

Duterte dan Yasay bertemu dengan Duta Besar China untuk Filipina, Zhao Jianhua, Kamis, 07/7/2016. Zhao terlihat lagi di Departemen Luar Negeri pada hari Jumat, 09/07/2016.

Sumber: jakartagreater

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Filipina Berubah 180 Derajat, Soal Sengketa Laut China Selatan"

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Dengan Sopan & Dilarang Menyertakan Link Aktive