Riset UBB Gegerkan Dunia Forensik DNA Indonesia


Dosen Universitas Bangka Belitung  (UBB) Denny Syaputra S.Pi MSi sukses  memanfaatkan  biota asal Bangka Belitung, Kerang Temilok (Bactronophorus thoracites), sebagai bahan baku untuk menghasilkan glikogen  -- bahan   ‘perangkap’    DNA (deoxyribonucleic acid)  tulang manusia.


Temuan ini menggegerkan  dan menjadi  sorotan peneliti DNA Indonesia. Selain Kerang Temilok dan glikogen belum  pernah digunakan dalam praktik analisis DNA di Tanah Air.  Di sisi lain harga    glikogen  sebagai perangkap DNA tergolong sangat mahal.  Sekitar Rp 1,8 juta per 10 mililiter.

“Selama ini, glikogen sebagai perangkap DNA masih diimpor dari Amerika Serikat. Padahal  lewat Kerang Temilok yang melimpah di Bangka Belitung, glikogen untuk perangkap DNA bisa kita buat sendiri, dengan harga jauh lebih murah,” ujar  Denny Syaputra di  Laboratorium Perikanan UBB, Selasa (08/03/2016) siang.

DNA adalah materi genetik yang sangat spesifik bagi setiap individu mahluk hidup. DNA terdapat diseluruh sel hidup dan  menjadi petunjuk identitas.  DNA dapat diekstrak melalui teknik dan keterampilan khusus, namun menelan biaya tak murah.

Glikogen yang diektrak dari Kerang Temilok sangat membantu tugas forensik kepolisian. Terutama dalam mengungkap identitas korban kecelakaan, kebakaran, pembunuhan dan lain-lain.  Di mana jasad korban  (post mortem)   tersebut sudah sangat sulit untuk dikenali.

“Biasanya organ tubuh  korban yang telah rusak, hanya menyisakan tulang. Sayangnya jumlah  DNA  yang terdapat  di dalam tulang sangat sedikit.  Juga sangat sulit untuk diperoleh dengan metode biasa.  Maka di sinilah peran penting glikogen sebagai bahan yang membantu untuk menangkap DNA tulang korban,” ujar dosen di Program Studi Budidaya Perairan UBB.

Menurut Denny,  Kerang Temilok relatif mudah ditemukan di sejumlah ekosistem hutan bakau (mangrove) di Bangka Belitung.  Biota air payau ini hidup di dalam kayu bakau yang sudah mati dan terendam air. Bentuknya seperti cacing dengan panjang sekitar 30 sentimeter. Warna putih dan tubuhnya sangat lunak.

Temuan Denny menggugah Jurusan Pengolahan Hasil Perikanan IPB untuk mendapatkan teknologi ekstraksi glikogen dari biota perairan.  Dalam kaitan itu IPB telah mengudang Denny untuk memberikan pelatihan ekstraksi glikogen kepada beberapa mahasiswa di laboratorium Teknologi Hasil Perikanan IPB.

Temuan ini meski pun berpotensi untuk dipatenkan, namun  sejauh ini menurut Denny,  dirinya baru dalam tahapan  menyusun dokumen untuk mematenkan temuan tersebut.

“Saya sedang melihat seberapa jauh potensi produk ini untuk dipatenkan!,” tukas Denny.

Penelitian Kerang Temilok sebagai bahan baku untuk menghasilkan glikogen  -- bahan   ‘perangkap’    DNA (deoxyribonucleic acid)  tulang manusia --, dilakukan Denny  di Laboratorium DNA  Pusdokkes Mabes Polri, Jakarta Timur.

“Hasil penelitian ini telah saya sampaikan kepada  Kepala Lab DNA Mabes Polri Bapak Kombes Pol Putut Tjahyo Widodo MSi.  Pihak Mabes ingin sekali mengaplikasikan temuan ini dalam menganalisis sampel-sampel  post mortem,” ujar Denny.

Kerjasama antara UBB dengan Lab DNA Mabes Polri hingga kini terjalin baik.  Bahkan  Oktober 2014, Kombes Pol Putut Tjahyo Widodo MSi diundang UBB untuk menjadi narasumber ‘workshop’ bioteknologi di sebuah hotel berbintang di Bangka Tengah.

“Dalam kesempatan tersebut Beliau menandatangani notasepahaman (MoU) --  antara UBB dengan Lab DNA Mabes Polri  -- tentag  riset bersama  di bidang genetika,” ujar Denny (eddy jajang j atmaja)[beritaislamterbaru.org/ubb.ac.id]

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Riset UBB Gegerkan Dunia Forensik DNA Indonesia"

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Dengan Sopan & Dilarang Menyertakan Link Aktive