Katanya Penyabar, Pejuang Demokrasi Aung San Suu Kyi Marah Diwawancarai Jurnalis Muslim

Sosok pejuang demokrasi Aung San Suu Kyi selama ini digambarkan sebagai sosok penyabar, berjuang dalam damai hingga dia bisa merebut kekuasaan di Myanmar.

Namun, sebuah kabar terbaru menyebutkan, dia pernah marah ketika diwawancarai seorang  wartawan muslim keturunan Pakistan. Insiden ini terjadi ketika Suu Kyi ditanya soal kekerasan terhadap warga minoritas muslim Rohingya oleh televisi Inggris BBC.

Klaim soal kemarahan Suu Kyi itu disampaikan Peter Popham seorang jurnalis surat kabar Inggris, The Independent yang juga penulis buku ‘The Lady and The Generals — Aung San Suu Kyi and Burma’s Struggle for Freedom‘ (The Lady dan Para Jenderal: Perjuangan Aung San Suu Kyi dan Burma Menuju Kebebasan).

Menurut buku itu, Suu Kyi kehilangan kesabarannya usai diwawancarai presenter acara BBC Today, Mishal Husain.

Begitu kesalnya, Suu Kyi dengan hasil wawancara itu hingga dia sempat terdengar menggerutu di saat off-air.

“Tidak ada yang memberitahu saya, saya akan diwawancara oleh seorang muslim,” ucap Suu Kyi saat diwawancara wartawan BBC keturunan Inggris-Pakistan, Mishal Husain, pada Oktober 2013, seperti ditirukan Popham dan dilansir AFP, Sabtu (26/3/2016).

Buku ‘The Lady and The Generals — Aung San Suu Kyi and Burma’s Struggle for Freedom‘. mngungkap, pemimpin Partai Liga Nasional Demokrat (NLD) berusia 70 tahun itu menolak mengecam sentimen anti-Islam dan pembantaian umat Muslim di Myanmar.

Padahal, Mishal Husain, presenter Muslim pertama program BBC Today, berulang kali meminta pendapat Suu Kyi terkait masalah tersebut.

“Saya kira banyak juga umat Buddha yang meninggalkan Myanmar dengan berbagai alasan. Ini adalah hasil dari penderitaan kami di bawah rezim diktator,” kata Suu Kyi menanggapi pertanyaan Mishal Husain.

Insiden yang ditulis dalam buku ini, meski terjadi pada 2013, menambah panjang pertanyaan dunia internasional soal sikap Suu Kyi terhadap kaum minoritas Muslim di Myanmar.

Partai NLD yang dipimpinnya memenangkan pemilu pada November 2015 tanpa satu pun kandidatnya yang beragama Islam. Dan, dipastikan tak ada menteri beragama Islam dalam pemerintahan Myanmar yang baru.

Selama ini Suu Kyi banyak dikecam karena tidak mengeluarkan pernyataan apapun terkait penganiayaan etnis minoritas Muslim Rohingya.

Hingga kini sebanyak 140.000 orang masih hidup dalam kesengsaraan di kamp-kamp pengungsi di berbagai lokasi di Myanmar selama tiga tahun terakhir.

“Saya pikir insiden itu layak dimasukkan ke dalam buku itu karena menunjukkan ambiguitas posisi Suu Kyi dalam masalah ini,” ujar Peter.

“Banyak yang mengagumi kisah dan keberaniannya, namun kini semua orang tahu bahwa dia bukannya tanpa cela, tanpa prasangka dan batasan,” tambah Peter.

Namun, Peter yakin, Suu Kyi tidak memiliki prasangka buruk terhadap umat Muslim. Sebagai bukti, kekasih pertama Suu Kyi dalah pria Muslim Pakistan dan orang yang membujuknya terjun ke dunia politik pada 1988 adalah seorang intelektual Muslim Myanmar ternama.

Di negeri yang sebagian besar warganya bisa dikatakan anti-Muslim, Peter yakin bungkamnya Suu Kyi adalah lebih untuk mengamankan partai politiknya yang akan resmi memerintah Myanmar pekan depan.

Namun, bagi umat Muslim Myanmar, kisahnya jauh lebih rumit. Sebagian besar dari mereka mendukung Suu Kyi, namun muncul kekhawatiran Suu Kyi tidak banyak menaruh simpati pada masalah ini.

Insiden wawancara tentang kekerasan anti-muslim itu adalah yang terbaru, dan menuai perhatian internasional tentang sikap   peraih Nobel Perdamaian yang kerap disimbolknya  tokoh demokrasi ini terhadap minoritas muslim Burma[hisayatullah/beritaislamterbaru.org]

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Katanya Penyabar, Pejuang Demokrasi Aung San Suu Kyi Marah Diwawancarai Jurnalis Muslim"

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Dengan Sopan & Dilarang Menyertakan Link Aktive